“Tuan,” kata Sheherazade, ‘dahulu kala ada seorang saudagar yang sangat kaya raya. Dia memiliki tanah yang luas, harta yang berlimpah dan tentu saja uang yang banyak. Banyak sekali pekerja dan buruh yang menggantungkan hidupnya pada si saudagar. Suatu hari dia bermaksud untuk melakukan perjalanan perniagaan ke negeri yang jauh. Dia menaikan barang dagangannya ke punggung kudanya dan sebuah kantung besar yang ia bawa di punggungnya penuh berisi roti, madu dan kurma serta air untuk bekal perjalanannya. Maklumlah, ia harus melewati padang pasir yang tandus dimana tidak ada satu pun kehidupan di sana.
Singkatnya ia berhasil sampai di tujuan dengan selamat. Dan setelah menyelesaikan transaksi bisnisnya dan memperoleh untung besar, ia pun segera bersiap-siap untuk melakukan perjalanan pulang.
Hari itu matahari bersinar terik. Saudagar memutuskan untuk berteduh di bawah pohon rindang sambil beristirahat. Dia membiarkan kudanya beristirahat dan merumput, sementara dia membuka bekalnya: roti dengan selai madu dan segenggam kurma. Setelah selesai memakan kurma, dia melemparkan bijinya ke sekumpulan batu-batu besar di sampingnya. Sebagai seorang muslim yang taat, dan karena waktu sudah menunjukan waktu Dzuhur, saudagar segera mengambil wudhu dan melakukan sholat. Dia masih sedang berdzikir ketika tiba-tiba “BUZZ”, di depannya muncullah Jin Ifrit yang bertubuh tinggi besar dengan mata merah karena marah dan membawa sebilah pedang yang terhunus.
“Hei manusia, bangkitlah! Aku akan mengambil nyawamu seperti kau telah mengambil nyawa anakku!” teriak jin Ifrit.
“Wahai Jin, bagaimana mungkin aku membunuh anakmu sedangkan aku tidak mengenalnya, dan tidak pernah melihatnya,” kata saudagar dengan ketakutan.
“Apa? Bukankah kau tadi yang melemparkan biji-biji kurma ke arah batu-batu itu?” tanya jin.
“Ya betul,” kata saudagar.
“Aku kasih tahu padamu, bahwa sala satu darinya telah mengenai mata anakku. Anakku yang malang, dia mati seketika,” seru jin marah.
Saudagar tersebut demi mendengar keterangan jin Ifrit bersumpah dengan nama Alloh yang menciptakan dan tempat semua makhluk kembali bahwa jika dia memang membunuh anak Jin tersebut, maka itu pasti tidak sengaja. Untuk itu dia memohon kemurahan hati Jin untuk memaafkannya.
“Perbuatanmu tidak bisa dimaafkan!” kata jin Ifrit. Dia lalu menyeret saudagar tersebut, membantingnya ke tanah dan bersiap menebasan pedangnya ke leher saudagar. ‘